Acute
Axis Powers Hetalia ©
Hidekaz Himaruya
Acute © Vocaloid
Rate : T
Genre : Hurt/Comfort,
Tragedy, a little Romance, maybe ?
Fem!IndoxEnglandxFem!Malay
KiranaxArthurxLaylia
Warning : Death Chara,
OC, OOC, Gajeness...
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
(Arthur’s POV)
Apa yang harus aku lakukan?
Ya, terlihat kini Arthur, personifikasi negara United
Kingdom, atau kita sering menyebut England, sedang strees memikirkan sesuatu –
yang jelas bukan kerjaan dari bosnya, yang sudah dia lakukan sebelumnya- sambil
meminum teh. Memang aneh. Kita sering mendengar Afternoon Tea, bukan Night tea.
Apa yang membuat seorang
Arthur –negara yang maju- menjadi strees?
Sebuah pernyataan cinta.
Hanya sebuah pernyataan cinta.
“SHIT ! Kenapa? Laylia..” kata Arthur lirih.
Ya, orang yang menyatakan cinta adalah adiknya sendiri, oh, maaf.. Negara yang pernah dijajahnya,
Malaysia..
Laylia – Personifikasi negara malaysia- Menyatakan cintanya,
di saat Arthur sedang meminum Afternoon Tea –nya. Makanya, waktu nya terbuang
untuk menolak cinta Laylia. Alasan yang diberikannya beribu-ribu. Tapi Laylia
tidak mempercayainya. Sampai.. Ia keceplosan mengatakan alasan yang sebenarnya.
(Flashback)
“Kenapa? Kenapa Arthur? Kenapa kamu tak mau menerima cintaku?”
Laylia mendesaknya.
“Oh, SHIT! Sudah ku bilang beribu-ribu alasan, kenapa kau
masih tak percaya, Lay?” kataku menggebrak meja, dan membuat cangkir teh yang
sedang dinikmatiku pecah jatuh.
“LIHAT! Lihat apa yang kau perbuat, Lay! For the sake of my
eyebrow! Cangkir kesayanganku!” kataku sambil mengumpulkan pecahan cangkir itu.
“Kenapa? kenapa cangkir itu terlalu berharga bagimu? Oh, apa
karna itu, cangkir pemberian kak Kirana?” kata Laylia sambil sedikit
berkaca-kaca.
Aku yang mendengar nama gadis pujaanku disebut, mukaku
langsung menjadi merah.
“Benar kan?” kata Laylia mulai menangis.
“YA! Dan, ini, alasan yang akan MEMBUNGKAM mulut mu! AKU
CINTA DENGAN KAKAK-mu itu!” kataku dengan muka merah padam.
“Tapi, bisakah kau melihatku?”kata Laylia lirih. Oh, god..
Aku tak bisa melihat mantan jajahanku menangis..
“Aku, hanya melihatmu sebagai adik, tidak lebih. Dan bisakah,
kau melihatku hanya menjadi kakak mu?” kataku.
Dia terdiam.
“Mungkin, kalau kak Kirana tidak ada, baru kau akan melihatku
sebagai wanita yang mencintaimu” kata Laylia sambil berlari keluar.
“Apa maksudmu? JANGAN lari!” kataku mencoba menghentikan
Laylia.
“AKU AKAN MENYINGKIRKAN KAK KIRANA, ARTHUR!” teriaknya. Dan
ia berlari menembus derasnya hujan.
Aku terkejut dengan kata-katanya barusan. Dia? Apa yang mau
dia lakukan kepada Kirana?
(Flashback off)
Sekarang aku berfikir, apa yang akan dilakukan Lay terhadap
Kirana. Apa dia memang mau menyingkirkan gadis pujaanku?
Rrrttt.. Hp ku berdering. Kirana?
“Hello? Ada apa Kirana?”
“Emm.. Kita bisa bertemu?”
“Bisa, dimana?”
“Tunggu aku dirumah mu 30 menit lagi”
“Oke, aku akan menunggu..”
Apa ini Jawaban dari pernyataan cintaku, kemarin?
~”~~”~~”~~”~
(Laylia’s POV)
Aku menangis sesengukan. Apa? Apa bagusnya kakakku di mata..
Arthur?
Aku. Gadis pujaan di SMA-ku dulu.
Aku. Kulitku putih mulus, tidak seperti kulit kakakku yang
sawo matang –lebih ke kuning langsat sih-.
Aku. Rambutku lurus berwarna hitam sepinggang. Kakakku..
Rambutnya bergelombang, berwarna hitam sepundak.
Aku terus membeda-bedakan diriku dengan kakakku. Setelah
penolakan itu. Ada bisikan di dalam hatiku. Iblis di hatiku. Lenyapkan saja dia.. Tidak! Aku mungkin
memang membenci kakakku. Tapi dia selalu baik kepadaku. Dia terlalu baik kepadaku. Tapi.. kalau
sudah begini..
Aku menatap foto kita ber-3. Ya, aku, Arthur, dan Kak Kirana.
Aku juga menatap api perdiangan yang kunyalakan tadi.
Ku bakar foto itu, tapi bagian Kak Kirananya saja.
Mungkin, dalam kasus ini, Iblis yang berbicara..
Aku menelpon kak Kirana.
“Halo?? Ada apa Lay??”
Aku tak menjawabnya. Aku menangis. Begitu bersahabatnya nada
suara kak Kirana.
“Hallo? Lay, aku kesana ya?”
Aku tak mau membuatnya datang dan melihat kehancuran diriku. Selama ini.. Aku yang
melihat kak Kirana hancur. Aku merebut kebudayaannya. Aku memasuki batas
negaranya. Aku bahkan curang dalam merebutkan piala bergengsi. Tapi.. sekali
lagi. Dalam masalah cinta.. Iblislah yang sudah membutakan perasaanku..
“Tidak, tidak usah kak. Kakak ada dimana?”
“Kakak.. Lagi menuju rumahnya Arthur”
Mataku terbelalak. Dia.. Kenapa?
“Aku juga mau kesana”
“Ya..sudah.. Kakak tunggu di bandara
ya?”
“Tidak usah. Kakak duluan saja ke rumah kak Arthur”
“Tapi disini hujan deras.. Aku takut
kau kenapa-napa, Lay”
Tangis ku menderas. Dia? Dia yang selalu ku curangi, ku
hancurkan.. Dia.. Masih.. Memikirkanku. Ku tutup telpon itu dan mengambil pisau
yang ada didapur. Maafkan Adikmu ini..
Kak..
~”~~”~~”~~”~
(Kirana’s POV)
Kenapa? Lay tumben, tidak mengajakku adu bacot seperti
biasanya. Aneh. Ya sudah lah..
Aku menyetop Taksi. Dan taksi melaju menuju rumah Arthur.
Di rumah Arthur..
“Hoi! Kiranaaa..” kata Arthur memelukku. Pipiku merona.
“Ah.. Arthur.. “ kataku membalas pelukannya.
“Jadi.. Apa jawabanmu?” kata Arthur.
“Ya.. A..aku.. juga mencintaimu, Arthur” bisikku di
telinganya.
“Yay!” dia mengeratkan pelukannya. *KENAPA ARTHUR JADI OOC ??
D8*
“ Art.. A..aku ingin menanyakan kepadamu.. tentang Lay..”
“Oh ya! Lay tidak menyakiti mu kan?”
“Apa.. Maksudmu?” kataku.
“Sudah, lupakan” katanya sambil mengeratkan pelukannya lagi.
Tiba-tiba..
BRUUKK ! Pintu terbuka. Lay? dia.. Melihatku sedang.. bermesraan
dengan Arthur?
~”~~”~~”~~”~
(Laylia’s POV)
Yang aku lihat pertama adalah.. Arthur memeluk.. Kak kirana??
Hatiku sakit.
Hatiku sangat sakit.
Puaskah kau sekarang kak? Kau sudah melihatku hancur.
“Maafkan aku kak !” kataku sambil mengarahkan pisau kearahnya.
“Jangan!” Arthur mencoba mendorongku. Tapi ku tendang dia
sampai terpelanting.
“La..lay.. Ini.. Ka..u ber..canda kan? Ha-ha..” kata kak
Kirana bergetar.
Kak Kirana memang Trauma dengan pisau.
(Flashback)
Saat aku masih kecil..
“Kak! Ayo kita membuat sop yang enak buat kak Arthur!” kataku
menarik-narik tangan kak Kirana.
“Iya.. Kita minta di ajari Eyang Nusantara ya?” kata kak
Kirana.
“Horee...!” kataku.
Setelah minta di ajari..
“Kak! pisaunya yang ini ya?” kataku yang mencoba meraih pisau
di meja yang tinggi.
“Hati-hati Lay, nanti.. AWAS!” kata kak Kirana.
Karna goyanganku terhadap meja itu, pisau itu jatuh. Hampir
menghujam dadaku.
Hampir.
Classhh ! Darah memuncrat ke mana-mana. Aku menutup mataku. Aku kira ini adalah akhir
dari hidupku. Pelan-pelan kubuka mataku..
Ternyata.. Lengan kak Kirana yang tertusuk pisau itu.
“KAKAK!” kataku menangis.
“Ah, tidak apa-apa Lay, jangan menangis.. ini..” BRUK! Kak
kirana terjatuh pingsan.
Sejak itu, ia tidak mau berurusan dengan pisau.
(Flashback off)
Air mataku menetes.
Jika tidak ada kak Kirana, mungkin aku sudah tidak ada di
dunia ini.
Pisau dapur itu akan menghujam tepat di jantungku. Dan aku..
akan seketika tidak bernafas.
Ya. Kenapa Aku begitu Egois?
“Lay.. Kau.. Bercanda kan ? Bilang kalau kau bercanda, lalu
kita akan tertawa seperti biasanya.” Kata kak Kirana, yang bergetar.
Aku tersenyum.
Ya. Hanya satu cara, untuk membalas kebaikan kak Kirana.
Hanya satu cara untuk membalas sifat egoisku kepadanya.
“Maafkan aku kakak..” kataku. Aku melayangkan pisau itu..
Clash ! Darah segar bermuncratan.. Pisau itu..
Menghujam dadaku.
“LAY !” kata kak Kirana.
“Kak.. Ma..af kan aku, maafkan ke egoisanku kak.. Aku harap..
Kau bahagia bersama kak Arthur.. Aku, papa Majapahit, dan Eyang Nusantara
selalu menjaga kakak.. di atas.. Sekali lagi.. Kak.. jangan menangis.. jangan
menangis untukku.. Untuk Iblis yang nista ini.. Aku... Sayang kakak” Bruk!
Setelah mengatakan itu, aku menghembuskan nafas terakhirku. Dengan senyuman.
Akhirnya.. Aku bisa mengatakan, aku sayang kepada kak
Kirana..
Selama aku masih hidup.. Kata-kata yang keluar di mulutku..
pasti..
“AKU BENCI KAKAK” atau.. “KAKAK BODOH” ..
Aku.. Sayang kamu.. Kak..
~”~~”~~”~~”~
(Normal POV)
Kirana menatap adiknya yang sudah terbujur kaku itu. Ia
mencabut pisau yang masih tertancap di dada adiknya.
“LAYLIA ! Ayoo.. Bangun.. Kamu jangan bercanda.. Bercandamu
sudah keterlaluan, Lay..” Kata Kirana menangis.
“Aku mohon.. Bangun.. Lalu kau akan mengatakan.. ‘ketipu..
KAKAK BODOH’ ayo Lay.. LAYLIA..” kataku semakin menangis deras.
‘Aku..sayang kakak’
“Aku juga sayang sama kamu, Adikku..” kata Kirana sambil
memeluk tubuh adiknya yang sudah tidak bernyawa lagi.
“LAYLIAAA !” kata Kirana sambil menangis terisak di lantai
yang penuh darah.
“Kira.. LAY ?” kata Arthur yang baru sadar.
“Hiks.. Arthur..” kata Kirana
“Laylia..”kata Arthur. Bagaimana ia bisa melupakan, mantan
jajahannya yang manis itu?
Kirana menangis di pelukan Arthur.
“Ayo.. Kita makam kan Laylia.. Ikhlas kan dia, Kirana... Biarkan
dia tenang di alam sana..” kata Arthur sambil menelpon mobil jenazah –ada gitu
kalo di inggris?-.
“Layliaa.. Kakak tak akan melupakanmu.. Kakak.. Kakak..
sayang sama kamu.. Kakak tak pernah benci sama kamu.. Lay..” kata Kirana lirih.
Kirana mengingat suatu kejadian yang membuatnya tidak bisa
benci dengan adiknya.. Meski, adiknya.. Menghancurkannya..
(Flashback)
Saat umur Kirana 12 tahun, adik nya, Laylia berumur 11
tahun..
“Kak, kakak percaya tentang kita jika meninggal akan lahir
kembali?” tanya Laylia polos.
“Hem.. Kakak sih.. Percaya aja..” kata Kirana.
“Kalo kakak terlahir kembali, kakak mau jadi apa?” tanya
Laylia lagi.
Kirana tersenyum menatap adik yang disayanginya begitu polos.
“Kakak.. Ingin jadi... Malaikat pelindungmu mungkin? Agar
bisa melindungimu dari orang jahat!” kata Kirana.
“Aku gak ingin terlahir kembali. Jadi, jika aku duluan yang
meninggal.. Aku bisa melihat kakak dari atas. Aku akan melindungi kakak. Aku
juga akan terus menyayangi kakak..” kata Laylia tersenyum.
Kirana kaget dengan perkataan adiknya. Di belainya rambut
adiknya.
“Makasih, Laylia..” kata Kirana tersenyum.
Laylia pun ikut tersenyum..
(Flashback off)
Kirana menangis mengingat itu. Sayangnya.. Laylia.. Tidak
pernah ingat kejadian itu. Dia tidak ingat, dia pernah berkata ‘Aku sayang kakak’.
“Lay.. Apapun yang terjadi.. Kamu tetap adikku. Tetap adik
kesayanganku.. Meski..” Kirana tersenyum hambar.
“Kau membenciku..” Kirana mengingat suatu kejadian, yang
membuat dia hampir naik darah kepada adiknya..
(Flashback)
“Lay, ngapain kamu ngambil daerahku?” kata Kirana kepada
adiknya.
“KAK! itu masih termasuk daerahku! Kakak yang mengambilnya,
jadi aku rebut!” kata Laylia kesal.
“Tapi, menurut pembagian di surat wasiat Eyang Nusantara..
ITU MASIH DAERAHKU!” kata Kirana dengan nada membentak.
“Negara kakak sudah luas.. Kakak gak kasian sama aku? KAKAK
EGOIS! AKU BENCI KAKAK!” kata Laylia sambil keluar dan membanting pintu.
“Lay.. Sampai kapan kamu mau membenciku... Kapan kau
mengatakan ‘Aku sayang kakak’ lagi.. Laylia..” tangis Kirana.
(Flashback off)
Dia membelai rambut Laylia yang sudah tidak bernyawa. Dia
membelai pipi adiknya yang sudah terbujur kaku.
“Maafkan.. Kakak, Lay..”
“Sudah Kirana...” kata Arthur menepuk pundak Kirana.
“Iya.. Art.. Aku yakin.. Dia sedang melihat kita diatas
sana..” kata Kirana.
“selamat jalan.. Lay..” kata Kirana dan Arthur bersamaan.
Mereka tidak tau, Laylia selalu ada bersama mereka.. Melindungi mereka..
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxOke, Fict ini tamat. Agak rada-rada gimana.. gitu ya? wkwkwk.
Cerita ini terinspirasi oleh PV "Acute" - Kaito, Miku, dan Luka. Tragedinya kurang kerasa ya? Apalagi Romancenya, LOL.
Oh, ya.... Acute itu 'Lancip' kan artinya? Terus apa hubungannya ya? #dor *penulis gagal*
Thanks buat yang udah mampir dan membaca fict gak jelas ini sejenak :D
Baca, Komentar, Koreksi saya? :D
Tertanda,
Seika Koizumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar